Saya sampai di
Kuala Lumpur pagi – pagi sekali sebelum subuh. Setelah sholat subuh, saya
menuju ke pengiapan saya di chinatown. Kami naik LRT kelana jaya Line dan turun
di stasiun Pasar Seni. Dari Stasiun Pasar Seni ini kami berjalan menuju jalan
petaling atau yang dikenal dengan nama chinatown. Karena hari
masih pagi, jadi chinatown masih sepi ketika kami sampai disana, untung saja
penjaga penginapan mengijinkan kami untuk melakukan early check-in, jadi kami bisa langsung mandi dan istirahat sebelum
jalan – jalan.
Kalau ingin
naik LRT, maka harus membeli tiket menggunakan vending machine. Caranya mudah, cukup pilih nama stasiun
tujuan lalu vending machine akan
menunjukkan harga yang harus dibayar. Masukkan sejumlah uang yang diperlukan
nanti vending machine akan
mengeluarkan tiket. Vending machine
ini bisa mengeluarkan uang kembalian loh, jadi jangan bingung mencari uang pas.
Tiketnya berupa koin dari plastik. Tap koin di entry gate dan apabila sudah sampai di tempat tujuan masukkan koin
di exit gate. Ingat ya tap untuk
masuk, dan masukkan koin untuk keluar. Awalnya saya udik dan bingung soalnya
saya pikir kalau bentuknya koin maka harus dimasukkan. Nah di entry gate itu tidak ada tempat buat memasukkan koin. Setelah
saya lirik kanan kiri, baru saya tahu kalau ternyata caranya adalah di-tap.
Di Kuala Lumpur
kami menginap di Natalie Guesthouse. Natalie guesthouse adalah guesthouse di
chinatown dengan harga paling murah yang bisa kami dapatkan saat kami mencari
di booking.com. Awalnya kami agak ragu karena reviewnya kurang bagus. Banyak yang
bilang kondisi kamarnya sangat panas karena tidak pakai ac. Tapi demi
penghematan kami memutuskan tetap memesan kamar di natalie guesthouse. Toh kami
hanya akan numpang tidur disana, dan kalau lelah pasti tidur akan mudah
bagaimanapun kondisinya.
Ternyata kamar
di natalie guesthouse ini benar – benar sangat panas. Sedikit menyesal memang
tetap memilih natalie guesthouse padahal sudah ada review tidak baik tentang
guesthouse ini. Tapi memang benar seperti dugaan kami, bahwa kami tetap saja
bisa tidur nyenyak di kamar kami, karena kami sudah sangat lelah.
Di natalie
guesthouse kami mendapat kamar dengan 2 tempat tidur single, seharga MYR45 per
malam. Ini sangat murah untuk ukuran kamar di Kuala Lumpur. Fasilitas yang
diberikan oleh Natalie Guesthouse antara lain dapur bersama yang dilengkapi
kulkas. Dan juga ada 2 kamar mandi yang bisa dipakai. Sebenarnya ada 3 kamar
mandi yang bisa dipakai, tapi yang 1 lagi khsus untuk kamar mandi kucing. Yup,
benar! Kucing! Cat! Jadi si penjaga guesthouse memiliki beberapa kucing
peliharaan yang diberikan fasilitas kamar mandi khusus. Terlepas dari kondisi
kamar yang panas, sebenarnya Natalie Guesthouse ini sangat nyaman. Ada beberapa
ruang tengah yang bisa digunakan untuk bersantai dan mengobrol dengan wisatawan
yang lain.
Saya sempat
mengobrol dengan seorang turis yang mebawa anak kecil. Anak kecil tersebut
sangat cantik dan saya langsung bertanya pada ibunya “where are you from?”. Dia
menjawab bahwa ia dari Swiss, sedang anaknya adalah warga negara thailand. Jadi
anaknya ini lahir di Thailand. Mungkin juga ayahnya seorang Thailand, entahlah,
saya tidak bertanya soal ayahnya. Ketika si bule Swiss tahu saya berasal dari
Indonesia, dia langsung excited. Dia bertanya
apakah benar Indonesia sangat besar dan memiliki banyak pulau. Saya jawa benar,
kemudian saya bertanya apakah dia ingin berkunjung ke Indonesia. Dia jawab
tentu, tapi dia akan pergi saat anaknya sudah agak besar, mungkin setelah
anaknya berusia tiga tahun karena saat ini anaknya masih berusia dua tahun. Sayang
sekali kami tidak punya banyak waktu untuk mengobrol karena tidak lama kemudian
dia berpamitan untuk membawa anaknya masuk ke kamar. Padahal saya masih
penasaran, apa yang sebenarnya bule Swiss ini kerjakan di Thailand, lalu untuk
apa ke Malaysia, dan mau apa ke Indonesia. Kalo untuk berwisata, bagaimana
caranya dia bisa berwisata bertahun – tahun lamanya. Memangnya apa
pekerjaannya. #kepodetected
Di hari pertama
di Kuala Lumpur ini saya memutuskan untuk pergi ke Batu Caves. Saya ke Batu
Caves menggunakan komuter dari KL Sentral. Jadi dari penginapan saya kembali
berjalan ke stasiun pasar seni, lalu naik LRT ke KL Sentral, kemudian membeli
tiket komuter ke Batu Caves. Tiket komuter ke Batu Caves ini dibeli melalui
loket manual tidak menggunakan vending
machine. Banyak yang antri ingin ke Batu Caves, karena Batu Caves ini
merupakan tempat wisata yang cukup populer di Kuala Lumpur. Dan pemerintah
Malaysia pun cerdik dengan memberikan fasilitas kendaraan umum yang murah,
mudah, dan nyaman untuk mencapai tempat wisata ini.
Sesampainya di
stasiun Batu Caves saya berjalan mengikuti arus orang saja, melewati penjual –
penjual souvenir, hingga akhirnya sampai di Batu Caves. Batu Caves ini
merupakan tempat ibadah umat Hindu yang berada di atas tebing. Di sini ada kuil
Hindu yang pada hari raya deepavali akan ramai sekali.
Sepertinya ini patung hanoman |
Lihat banyaknya anak tangga yang harus saya naiki! |
Selfie dulu! |
Yang harus
dilakukan di Batu Caves adalah naik ke kuil di atas bukit. Konon katanya kita
harus naik anak tangga lebih dari 200 untuk mencapai kuil tersebut. Jika akan
naik ke atas, maka kita harus memakai pakaian yang menutup kaki. Jika tidak,
maka akan dipinjamkan (atau mungkin disewakan) kain untuk menutup kaki yang
terbuka.
Kuli di atas |
Saya tidak
berlama – lama di ats bukit. Hanya sebentar di atas saya memutuskan turun. Di Batu
Caves ini banyak monyet, jadi harap berhati – hati dengan bawang bawaan kalian,
karena si monyet suka jahil. Selain itu dilarang juga untuk memberi makan
monyet yang ada di Batu caves ini. Tapi saya lihat ada yang memberi minum dari
botol air mineral ke monyet – monyet tersebut. Ya nggak salah juga sih ya, kan
dilarang memberi makan, bukan memberi minum.
Di Batu Caves
ini ada Dark Caves, semacam gua konservasi untuk laba – laba. Masuk kesini
harus bersama pemandu dan dikenakan biaya, jadi saya tidak masuk ke dalamnya.
Selesai berjalan
– jalan di batu Caves saya kembali naik komuter ke KL Setral tapi kali ini saya
turun di stasiun Kuala Lumpur, yaitu satu stasiun sebelum KL Sentral. Keluar dari
stasiun Kuala Lumpur saya berjalan menuju underpass di depan gedung yang
bertuliskan KTM Berhad dan berjalan menyeberang menggunakan underpass tersebut.
Awalnya saya agak takut, karena di Kuala Lumpur ini saya dan teman saya pergi
sendiri – sendiri, jadi perjalanan ini saya lakukan sendirian. Dan kondisi
underpass ini memang sangat sepi. Tapi ternyata ya aman – aman saja kok, tidak
ada apa – apa. Keluar dari underpass, saya berjalan ke arah kiri gedung KTM
Berhard (jadi kalau kita menghadap ke jalan, kita berjalan ke arah tangan kiri
kita) lalu mengikuti petunjuk jalan untuk menuju Masjid Negara.
Stasiun Kuala Lumpur yg bangunannya kerreeeenn banget bangunannya.. |
Di sekitar sini
banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Saya ingin sekali melihat
planetarium negara, dan lain – lainnya, tapi karena keterbatasan waktu di
perjalanan kali ini saya hanya mengunjungi Masjid Negara dan Musium Kesenian
islam Malaysia. Padahal dengar – dengar taman burung dan taman orkidnya bagus
loh. Yah apa daya, waktu memang membatasi.
Pengen banget bisa balik ke KL lagi buat datengin semua tempat itu. |
Saya berjalan
terus mengikuti petunjuk jalan sampai menemukan gedung TV AlHijrah. Masjid
Negara tidak jauh dari sini.
Jika ingin
memasuki Masjid, pastikan kalian memakai baju muslim dan memakai kerudung. Karena
kalau tidak kalian harus antri dulu untuk memakai jubah, dan antriannya cukup
panjang. Ya, Masjid Negara ini pengunjungnya memang banyak sekali.
Pengunjung yg menggunakan baju ungu adalah yg tidak menuttup aurat, sehingga harus meminjam jubah |
Karena banyaknya pengunjung, meminjam jubah harus antri. |
Setelah selesai
melaksanakan shalat, saya keluar dari masjid dan menuju Musium Kesenian Islam Malaysia.
Lokasi musium berada di arah kanan masjid. Jadi keluar darimasjid kita harus
berjalan ke arah tangan kanan kita.
Musium ini
hanya buka sampai jam 18.00 atau jam 18.30 (pastiny saya lupa). Sedangkan saya
sampai di musium sekitar pukul 15.00. Jadi saya memiliki waktu kurang lebih 3
jam untuk menikmati musium ini. Ohya, harga tiket musium ini sekitar RM12 kalau
tidak salah.
Musium ini
sangat lengkap ya. Menceritakan perkembangan Islam sampai Melayu, khusunya
Malaysia. Kemudia ada juga barang – barang kesenian dari berbagai negara yang
sudah dipengaruhi oleh budaya Islam, seperti baju dan mangkun – mangkuk
porselen bertuliskan huruf Arab. Selain itu juga ada miniatur masjid – masjid yang
terkenal di dunia.
Nah yang paling
membuat saya sedih adalah di musium ini terdapat peta Kseltanan Islam Utama
Dunia Melaya, yang ternyata sebagian besar merupakan wilayah Indonesia. Tapi kenapa
Indonesia tidak memiliki musium selengkap ini yang menceritakan tentang Islam. Ahh
sedihnya…
Menjelah maghrib
saya sampai di Suria KLCC. Niatnya adalah tentu saja mengambl gambar menara
Petronas yang terkenal itu. Belum ke Malaysia kalau belum mengunjungi menara
Petronas toh…
Jadi rute yang
saya ambil adalah dari Musium Kesenian Islam Malaysia saya berjalan menuju
stasiun Kuala Lumpur. Sebelumnya saya sempat mampir membeli jajanan pinggir
jalan yang ada di depan masjid. Jajanannya mirip yang dijual di Old Chang Kee. Ada
sosis, bakso, dan juga sosis ikan, dan lain lain. Dari stasiun Kuala lumpur
kembali saya naik LRT Kelana jaya dan turun di stasiun KLCC.
Dari stasiun
saya berjalan menuju Suria KLCC. Suria KLCC ini adalah sebuah mall yang sangat
besar. Di sini saya shalat dulu, alulau keluar menuju lobby. Di lobby tersebut
ada taman dengan air mancur yang kalau malam akan berwarna warni. Dari sini
juga biasanya para turis mengambil gambar menara Petronas. Karena mallnya
sangat besar, jangan sungkan untuk bertanya kepada security arah menuju twin
tower.
Saya tidak berlama – lama disini,
karena badan sudah sangat lelah. Tidak lama setelah beristirahat di sini, saya
kembali ke stasiun KLCC dan naik LRT menuju pasar seni. Sebelum kembali ke
penginapan saya menyempatkan berjalan – jalan di chinatown yang memang sangat
ramai di malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar