Label

Selasa, 24 Mei 2016

DAY 8-10 PART 2 : KUALA LUMPUR, MALAYSIA - GENTING HIGHLAND, MASJID JAMEK, DATARAN MERDEKA




Di hari terakhir saya di Kuala Lumpur (sebenarnya bukan hari terakhir, tapi besok saya naik pesawat pagi ke Jakarta, jadi hari ke-9 adalah hari terakhir saya jalan – jalan di Kuala Lumpur) saya pergi ke genting Highland. Dari penginapan saya ke stasiun pasar seni lalu ke ke stasiun KL Sentral. Dari sana saya melanjutkan perjalanan ke stasiun Gombak. Nah di stasiun Gombak ini ada Terminal Putra Gombak. Dari sini ada bus Go Genting. Ini jadwal bus Go Genting yang berangkat dari terminal Putra Gombak.

Jadwal keberangkatan bus Go Genting dari dan ke Terminal Putra Gombak


Tujuan saya ke Genting adalah untuk naik cable car yang konon katanya tertinggi dan terpanjang di Asia Tenggara. Tapi untuk naik cable car ini antrinya lumayan panjang. Pemandangandari dalam cable car cukup indah, asal tidak takut dengan ketinggian. Dan ketika sampai di Genting skyway station (bus Go Genting berhenti di Genting skyway station), cuaca mulai terasa dingin, karena memang Genting ini merupakan dataran tinggi.




Di genting ini saya hanya jalan – jalan saja. Di sini sebenarnya banyak yang bisa dinikmati, tapi harga tiket masuknya lumayan mahal, hiks. Di sini ada indoor theme park, ada casino, dan juga ada snow world.




Karena memang hanya jalan – jalan dan tidak masuk ke satu pun fasilitas yang disediakan di Genting higland ini, maka saya disini hanya sebentar saja. Masih siang saya sudah antri lagi di cable car untuk kembali ke Genting Skyway Station. Dari sini saya kembali naik bus Go Genting ke Terminal Putra Gombak. Nah sebenarnya kalau kamu sudah punya jadwal pasti ketika akan berangkat dari terminal putra gombak ke genting, kamu bisa sekaligus beli tiket pulang – pergi supaya tidak perlu antri dua kali. Tapi karena saya belum tau pasti akan berapa lama di genting, saya membeli tiket sekali jalan.

Ketika naik cable car untuk kembali suasana sedikit berkabut


Dari stasiun Gombak, saya menggunakan LRT Kelana Jaya dan berhenti di stasiun Masjid Jamek. Saya berniat mengunjungi Masjid Jamek ini karena masjid ini terkenal indah, sekaligus untuk menunaikan shalat. Namun sayang sekali di area sekeliling masjid sedang dialkukan renovasi. Sehingga foto masjidyang saya ambil tidak bisa maksimal.









Dari Masjid Jamek saya melanjutkan perjalanan ke Dataran Merdeka. Dari Masjid Jamek saya berjala kaki mengikuti petunjuk jalan untuk menuju Dataran Merdeka. Namun sayang sekali di Dataran Merdeka sedang dilakukan persiapan penyambutan hari kemerdekaan malaysia, sehingga lagi – lagi foto yang saya ambil tidak dapat maksimal.

 
Salah satu pojok photogenic

Kenapa ada batik disini? :(

Persiapan Peringatan Hari Kemerdekaan

Persiapan Peringatan Hario Kemerdekaan

Dataran Merdeka


Satu hal yang banyak direkomendasikan orang untuk dilakukan di Dataran Merdeka adalah berfoto di tulisan I Love KL –yang tidak saya lakukan- yang ternyata antriannya sangat panjang.

Di hari terakhir liburan saya ini, saya merasakan badan sayasudah sangat lelah. Seharusnya dari Dataran Merdeka saya ke Bukit Bintang. Namun karena merasa sangat lelah, saya kembali ke stasiun Pasar seni (dengan jalan kaki, karena tidak terlalu jauh). Sebelum menuju penginapan saya mampir dulu ke Pasar Seni untuk membeli beberapa oleh – oleh. Tidak lama kemudian saya kembali ke penginapan dan beristirahat.

Selesai sudah cerita liburan saya selama 10 hari 4 kota di 2 negara. Ini merupakan liburan pertama saya ke luar negeri, dan saya lakukan dengan teman yang juga belum memiliki pengalaman ke luar negeri. Satu hal yang saya pelajari dari liburan kali ini adalah, sepertinya saya terlalu bersemangat dalam menyusun itinerary. Hasilnya pada hari – hari akhir liburan, badan saya nge-drop karena padatnya jadwal itinerary yang saya susun.

Hingga saya memposting tulisan ini, saya telah selesai menyusun itinerary untuk liburan saya selanjutnya ke Korea. Di itinerary ke Korea tersebut saya menyusun jadwal dengan lebih ringan supaya liburan saya tidak terlalu melelahkan. Ada perasaan ogah rugi memang, kalau sudah jauh – jauh ke negeri orang tapi tidak memanfaatkan waktu untuk mengunjungi sebanyak – banyaknya tempat wisata. Tapi kita liburan adalah untuk refreshing kan. Jadi untuk liburan saya selanjutnya, saya menyusun jadwal dengan lebih ringan.

Minggu, 22 Mei 2016

DAY 8-10 PART 1 : KUALA LUMPUR, MALAYSIA – BATU CAVES, NATIONAL MOSQUE, ISLAMIC ARTS MUSEUM MALAYSIA, PETRONAS TOWER



Saya sampai di Kuala Lumpur pagi – pagi sekali sebelum subuh. Setelah sholat subuh, saya menuju ke pengiapan saya di chinatown. Kami naik LRT kelana jaya Line dan turun di stasiun Pasar Seni. Dari Stasiun Pasar Seni ini kami berjalan menuju jalan petaling atau yang dikenal dengan nama chinatown. Karena hari masih pagi, jadi chinatown masih sepi ketika kami sampai disana, untung saja penjaga penginapan mengijinkan kami untuk melakukan early check-in, jadi kami bisa langsung mandi dan istirahat sebelum jalan – jalan.

Kalau ingin naik LRT, maka harus membeli tiket menggunakan vending machine. Caranya mudah, cukup pilih nama stasiun tujuan lalu vending machine akan menunjukkan harga yang harus dibayar. Masukkan sejumlah uang yang diperlukan nanti vending machine akan mengeluarkan tiket. Vending machine ini bisa mengeluarkan uang kembalian loh, jadi jangan bingung mencari uang pas. Tiketnya berupa koin dari plastik. Tap koin di entry gate dan apabila sudah sampai di tempat tujuan masukkan koin di exit gate. Ingat ya tap untuk masuk, dan masukkan koin untuk keluar. Awalnya saya udik dan bingung soalnya saya pikir kalau bentuknya koin maka harus dimasukkan. Nah di entry gate  itu tidak ada tempat buat memasukkan koin. Setelah saya lirik kanan kiri, baru saya tahu kalau ternyata caranya adalah di-tap.

Di Kuala Lumpur kami menginap di Natalie Guesthouse. Natalie guesthouse adalah guesthouse di chinatown dengan harga paling murah yang bisa kami dapatkan saat kami mencari di booking.com. Awalnya kami agak ragu karena reviewnya kurang bagus. Banyak yang bilang kondisi kamarnya sangat panas karena tidak pakai ac. Tapi demi penghematan kami memutuskan tetap memesan kamar di natalie guesthouse. Toh kami hanya akan numpang tidur disana, dan kalau lelah pasti tidur akan mudah bagaimanapun kondisinya.

Ternyata kamar di natalie guesthouse ini benar – benar sangat panas. Sedikit menyesal memang tetap memilih natalie guesthouse padahal sudah ada review tidak baik tentang guesthouse ini. Tapi memang benar seperti dugaan kami, bahwa kami tetap saja bisa tidur nyenyak di kamar kami, karena kami sudah sangat lelah.

Di natalie guesthouse kami mendapat kamar dengan 2 tempat tidur single, seharga MYR45 per malam. Ini sangat murah untuk ukuran kamar di Kuala Lumpur. Fasilitas yang diberikan oleh Natalie Guesthouse antara lain dapur bersama yang dilengkapi kulkas. Dan juga ada 2 kamar mandi yang bisa dipakai. Sebenarnya ada 3 kamar mandi yang bisa dipakai, tapi yang 1 lagi khsus untuk kamar mandi kucing. Yup, benar! Kucing! Cat! Jadi si penjaga guesthouse memiliki beberapa kucing peliharaan yang diberikan fasilitas kamar mandi khusus. Terlepas dari kondisi kamar yang panas, sebenarnya Natalie Guesthouse ini sangat nyaman. Ada beberapa ruang tengah yang bisa digunakan untuk bersantai dan mengobrol dengan wisatawan yang lain.

Saya sempat mengobrol dengan seorang turis yang mebawa anak kecil. Anak kecil tersebut sangat cantik dan saya langsung bertanya pada ibunya “where are you from?”. Dia menjawab bahwa ia dari Swiss, sedang anaknya adalah warga negara thailand. Jadi anaknya ini lahir di Thailand. Mungkin juga ayahnya seorang Thailand, entahlah, saya tidak bertanya soal ayahnya. Ketika si bule Swiss tahu saya berasal dari Indonesia, dia langsung excited. Dia bertanya apakah benar Indonesia sangat besar dan memiliki banyak pulau. Saya jawa benar, kemudian saya bertanya apakah dia ingin berkunjung ke Indonesia. Dia jawab tentu, tapi dia akan pergi saat anaknya sudah agak besar, mungkin setelah anaknya berusia tiga tahun karena saat ini anaknya masih berusia dua tahun. Sayang sekali kami tidak punya banyak waktu untuk mengobrol karena tidak lama kemudian dia berpamitan untuk membawa anaknya masuk ke kamar. Padahal saya masih penasaran, apa yang sebenarnya bule Swiss ini kerjakan di Thailand, lalu untuk apa ke Malaysia, dan mau apa ke Indonesia. Kalo untuk berwisata, bagaimana caranya dia bisa berwisata bertahun – tahun lamanya. Memangnya apa pekerjaannya. #kepodetected

Di hari pertama di Kuala Lumpur ini saya memutuskan untuk pergi ke Batu Caves. Saya ke Batu Caves menggunakan komuter dari KL Sentral. Jadi dari penginapan saya kembali berjalan ke stasiun pasar seni, lalu naik LRT ke KL Sentral, kemudian membeli tiket komuter ke Batu Caves. Tiket komuter ke Batu Caves ini dibeli melalui loket manual tidak menggunakan vending machine. Banyak yang antri ingin ke Batu Caves, karena Batu Caves ini merupakan tempat wisata yang cukup populer di Kuala Lumpur. Dan pemerintah Malaysia pun cerdik dengan memberikan fasilitas kendaraan umum yang murah, mudah, dan nyaman untuk mencapai tempat wisata ini.

Sesampainya di stasiun Batu Caves saya berjalan mengikuti arus orang saja, melewati penjual – penjual souvenir, hingga akhirnya sampai di Batu Caves. Batu Caves ini merupakan tempat ibadah umat Hindu yang berada di atas tebing. Di sini ada kuil Hindu yang pada hari raya deepavali akan ramai sekali.

Sepertinya ini patung hanoman


Lihat banyaknya anak tangga yang harus saya naiki!
Selfie dulu!
 
Yang harus dilakukan di Batu Caves adalah naik ke kuil di atas bukit. Konon katanya kita harus naik anak tangga lebih dari 200 untuk mencapai kuil tersebut. Jika akan naik ke atas, maka kita harus memakai pakaian yang menutup kaki. Jika tidak, maka akan dipinjamkan (atau mungkin disewakan) kain untuk menutup kaki yang terbuka.

Kuli di atas
  



Saya tidak berlama – lama di ats bukit. Hanya sebentar di atas saya memutuskan turun. Di Batu Caves ini banyak monyet, jadi harap berhati – hati dengan bawang bawaan kalian, karena si monyet suka jahil. Selain itu dilarang juga untuk memberi makan monyet yang ada di Batu caves ini. Tapi saya lihat ada yang memberi minum dari botol air mineral ke monyet – monyet tersebut. Ya nggak salah juga sih ya, kan dilarang memberi makan, bukan memberi minum.





Di Batu Caves ini ada Dark Caves, semacam gua konservasi untuk laba – laba. Masuk kesini harus bersama pemandu dan dikenakan biaya, jadi saya tidak masuk ke dalamnya.
 

Selesai berjalan – jalan di batu Caves saya kembali naik komuter ke KL Setral tapi kali ini saya turun di stasiun Kuala Lumpur, yaitu satu stasiun sebelum KL Sentral. Keluar dari stasiun Kuala Lumpur saya berjalan menuju underpass di depan gedung yang bertuliskan KTM Berhad dan berjalan menyeberang menggunakan underpass tersebut. Awalnya saya agak takut, karena di Kuala Lumpur ini saya dan teman saya pergi sendiri – sendiri, jadi perjalanan ini saya lakukan sendirian. Dan kondisi underpass ini memang sangat sepi. Tapi ternyata ya aman – aman saja kok, tidak ada apa – apa. Keluar dari underpass, saya berjalan ke arah kiri gedung KTM Berhard (jadi kalau kita menghadap ke jalan, kita berjalan ke arah tangan kiri kita) lalu mengikuti petunjuk jalan untuk menuju Masjid Negara. 

 
Stasiun Kuala Lumpur yg bangunannya kerreeeenn banget bangunannya..

Ini gedung KTM Berhad. Di ujung kiri itu ada underpassnya
Di sekitar sini banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Saya ingin sekali melihat planetarium negara, dan lain – lainnya, tapi karena keterbatasan waktu di perjalanan kali ini saya hanya mengunjungi Masjid Negara dan Musium Kesenian islam Malaysia. Padahal dengar – dengar taman burung dan taman orkidnya bagus loh. Yah apa daya, waktu memang membatasi.

 
Pengen banget bisa balik ke KL lagi buat datengin semua tempat itu.
Saya berjalan terus mengikuti petunjuk jalan sampai menemukan gedung TV AlHijrah. Masjid Negara tidak jauh dari sini.

Jika ingin memasuki Masjid, pastikan kalian memakai baju muslim dan memakai kerudung. Karena kalau tidak kalian harus antri dulu untuk memakai jubah, dan antriannya cukup panjang. Ya, Masjid Negara ini pengunjungnya memang banyak sekali. 

Pengunjung yg menggunakan baju ungu adalah yg tidak menuttup aurat, sehingga harus meminjam jubah

Karena banyaknya pengunjung, meminjam jubah harus antri.
Menurut saya, Masjid Negara ini desain interiornya sangat indah.




Setelah selesai melaksanakan shalat, saya keluar dari masjid dan menuju Musium Kesenian Islam Malaysia. Lokasi musium berada di arah kanan masjid. Jadi keluar darimasjid kita harus berjalan ke arah tangan kanan kita.

Musium ini hanya buka sampai jam 18.00 atau jam 18.30 (pastiny saya lupa). Sedangkan saya sampai di musium sekitar pukul 15.00. Jadi saya memiliki waktu kurang lebih 3 jam untuk menikmati musium ini. Ohya, harga tiket musium ini sekitar RM12 kalau tidak salah.

Musium ini sangat lengkap ya. Menceritakan perkembangan Islam sampai Melayu, khusunya Malaysia. Kemudia ada juga barang – barang kesenian dari berbagai negara yang sudah dipengaruhi oleh budaya Islam, seperti baju dan mangkun – mangkuk porselen bertuliskan huruf Arab. Selain itu juga ada miniatur masjid – masjid yang terkenal di dunia.















Nah yang paling membuat saya sedih adalah di musium ini terdapat peta Kseltanan Islam Utama Dunia Melaya, yang ternyata sebagian besar merupakan wilayah Indonesia. Tapi kenapa Indonesia tidak memiliki musium selengkap ini yang menceritakan tentang Islam. Ahh sedihnya…

Menjelah maghrib saya sampai di Suria KLCC. Niatnya adalah tentu saja mengambl gambar menara Petronas yang terkenal itu. Belum ke Malaysia kalau belum mengunjungi menara Petronas toh…

Jadi rute yang saya ambil adalah dari Musium Kesenian Islam Malaysia saya berjalan menuju stasiun Kuala Lumpur. Sebelumnya saya sempat mampir membeli jajanan pinggir jalan yang ada di depan masjid. Jajanannya mirip yang dijual di Old Chang Kee. Ada sosis, bakso, dan juga sosis ikan, dan lain lain. Dari stasiun Kuala lumpur kembali saya naik LRT Kelana jaya dan turun di stasiun KLCC.

Dari stasiun saya berjalan menuju Suria KLCC. Suria KLCC ini adalah sebuah mall yang sangat besar. Di sini saya shalat dulu, alulau keluar menuju lobby. Di lobby tersebut ada taman dengan air mancur yang kalau malam akan berwarna warni. Dari sini juga biasanya para turis mengambil gambar menara Petronas. Karena mallnya sangat besar, jangan sungkan untuk bertanya kepada security arah menuju twin tower.



Saya tidak berlama – lama disini, karena badan sudah sangat lelah. Tidak lama setelah beristirahat di sini, saya kembali ke stasiun KLCC dan naik LRT menuju pasar seni. Sebelum kembali ke penginapan saya menyempatkan berjalan – jalan di chinatown yang memang sangat ramai di malam hari.