Label

Minggu, 10 Januari 2016

DAY 6&7 PART 1 : PENANG, MALAYSIA - PENANG HILL/BUKIT BENDERA



Sebelum membaca tulisan saya tentang Penang, buat kamu yang belum membaca tentang bagaimana cara saya menuju Penang, silahkan lihat tulisan saya di sini.

Saya dan teman seperjalanan saya sampai di Butterworth sekitar pukul 5 pagi. Kami menunggu waktu subuh dulu di stasiun. Dari sana kami langsung menuju pelabuhan dengan berjalan kaki. Tidak jauh kok, karena stasiun Butterworth ini memang terintegrasi dengan pelabuhan Butterworth. Dari sana sedang terpakir kapal ferry menuju pulau Pinang atau yang biasa kita sebut Penang. Setelah membeli tiket, saya menuju kapal ferry tersebut. Walaupun hari masih pagi, kapal ferry menuju pulau Pinang sudah cukup ramai.
  
Sesampainya di pelabuhan pulau Pinang kami menuju terminal Weld Quay yang lagi – lagi sudah terintegrasi dengan pelabuhan Pinang. Kagum saya dengan bagusnya manajemen transportasi di negeri tetangga ini. Sangat memudahkan. Dari sana kami naik bus rapid Penang ke arah lebuh Chulia di kota Georgetown (ibukota Pulau Pinang). Ada beberapa bus yang melewati lebuh chulia, pilih saja salah satu. Saya sendiri lupa bus nomor berapa yang saya naiki. Saya bertanya kepada petugas di terminal dan dia menunjuk bus yang paling depan. Langsung deh saya naiki.

Seperti ketika di Melaka, kami juga harus membayar dengan uang pas kalau ingin naik bus ini, karena mereka tidak menyediakan uang kembalian. Ketika naik bus, kami ditanya mau menuju ke mana. Lalu sang supir akan menyebutkan tarifnya. Tarif bus berbeda tergantung jauhnya tujuan, mulai dari RM 2 sampai RM 4.

Selama di Georgetown saya akan menginap di Chulia 322, sebuah hostel yang berada di atas 24mart di lebuh chulia. Lebuh chulia ini merupakan jantungnya para backpaker di Georgetown. Sepanjang lebuh chulia dan sekitarnya banyak sekali hostel – hostel murah dengan kualitas jempolan. Namun layaknya jantung kehidupan kota lainnya, lebuh chulia ini ramainya bukan main. Selain banyak hostel, di kawasan ini juga banyak café dan bar. Positifnya, kawasan ini tidak pernah tidur. Negatifnya, kawasan ini berisik bukan main. Lokasi hostel saya tepat di sebelah Reggae café, yang ketika malam ada pertunjukan musik life yang terdengar sampai ke hostel saya dan pada awalnya agak mengganggu tidur saya.

penginapan 322 Chulia berada di atas 24 mart
 
From Kuala Lumpur, I took the train named Senandung Langkawi heading to Hatyai, Thailand but I get off from the train at Butterworth station. From Butterworth train station I walk into Butterworth port to take a ferry to Pinang island. Arrived at Pinang island (Georgetown), I walk into Weld Quay bus station and took bus to Lebuh Chulia. There are a lot of bus with various number that go to Lebuh Chulia because Lebuh Chulia is the heart of Georgetown.

In Georgetown, I stayed at a hostel named Chulia 322. Because Lebuh Chulia is the heart of georgetown, the environment is so crowded. Along Lebuh Chulia there are a lot of hostel, minimart, and café with live music.

Walaupun sedang berada di Malaysia, menginap di Georgetown, terutama di kawasan lebuh chulia ini membuat saya kesulitan mendapatkan makanan halal. Kebanyakan pedagang yang menjual makanan adalah dari etnis cina, yang mana mereka menggunakan babi. Saya sudah bertanya ke beberapa penjual, dan mereka mengatakan bahwa makanan mereka tidak halal. Kalau mau makanan halal, lagi –lagi ujung – ujungnya ke makanan India atau makanan Arab. Sigh!

Kota ini membuat saya betah bukan main. Suasananya sangat santai dan cocok untuk liburan. Di hostel, saya berkenalan dengan turis Jerman yang bahkan belum tahu kapan dia akan meninggalkan kota ini. I wish I could have that kind of vacation, unscheduled trip. Tapi sayangnya, saya memiliki jenis liburan yang berbeda. Dengan keterbatasan waktu dan biaya, liburan saya penuh dengan jadwal. Padat dan cepat. Jadi apa saja yang saya lakukan di kota Penang?

Jadwal pertama saya adalah mengunjungi Penang Hill atau disebut juga Bukit Bendera (yayaya.. saya pun berfikir demikian. Kenapa nama dalam bahasa melayu dan bahasa inggrisnya beda banget ya?). Penang hill ini sangat gencar dipromosikan oleh pemerintah setempat akhir – akhir ini. Padahal sih ya hanya sebuah hill atau bukit yang merupakan titik tertinggi pulau Penang dengan pemandangan yang cukup indah. Wajib hukumnya untuk mencoba naik Penang Hill Railway kalau kamu sudah sampai di Bukit Bendera ini.

Dari lebuh Chulia saya naik rapid Penang ke weld quay (bisa jalan, karena cukup dekat sebenarnya) lalu naik rapid Penang nomor 204 sampai ke Penang Hill. Perjalanannya cukup lama, yaitu sekitar 1 jam. Tapi karena Bukit Bendera ini merupaka tujuan akhir dari rapid Penang nomor 204 ini, jadi saya memutuskan untuk tidur karena saya ngantuk sekali. Toh tidak perlu takut kesasar, karena saya turun di tujuan akhir. Ohya, di Penang ini, tempat menaikkan dan menurunkan penumpang hanya di bus stop yang tersebar di beberapa titik. Jadi nggak seperti di Indonesia yang kita bisa bilang ‘kiri bang’ di mana – mana ya. Dan supir rapid Penang memang hanya mau menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang disediakan. Yang satu ini harus dicontoh oleh masyarakat Indonesia.

Sesampainya di bukit bendera, saya langsung membeli tiket masuk seharga RM 30 untuk pergi – pulang. Kalo mau beli tiket sekali jalan, harganya lebih mahal. Jadi saya memilih langsung membeli tiket pergi – pulang. Harga tersebut adalah untuk harga turis asing. Sedangkan untuk warga lokal harganya jauuhh lebih murah, yaitu RM8.

In the first day of my trip to Pinang, I go to Penang Hill. From Lebuh Chulia I took the bus to Weld Quay and then contiunue with the bus number 204 to Penang Hill or Bukit Bendera (around an hour). After I arrived at Penang hill, I buy Penang railway ticket cost RM30 for international tourist.

Setelah membeli tiket saya langsung masuk dan ikut antrian untuk menaiki Penang Railway. Ya ampuunn.. antrinya lamaaaa banget. Lebih dari 30 menit.




Seperti itulah wujud dari penang railway. Kereta otomatis tanpa masinis. Relnya cukup curam, kalau yang takut ketinggian mending jangan dipaksakan deh.

Setelah sekitar 10 menit, sampailah saya di Penang hill. Ada apa disana? Ya sebuah bukit dengan pemandangan yang memang cukup bagus. Suasananya segar dan dingin. Sejuk sekali.




Kalau ingin naik sampai sampai ke puncak bukit, jalannya lumayan jauh dan menanjak. Tapi ada juga mobil buggy yang bisa disewa. Kalau kamu menyewa mobil buggy kamu tinggal duduk manis dan pengemudi mobil akan mengantar kamu berjalan jalan keliling bukit. Saya kurang tau tarifnya, karena saya tidak menyewa mobil buggy. Awalnya saya mencoba jalan kaki sampai ke bukit, tapi karena ternyata jauh sekali, akhirnya saya turun lagi. Tidak jadi naik sampai ke atas bukit. Pesan saya buat kamu yang ingin naik ke atas bukit baik dengan berjalan kaki atau pun dengan naik mobil buggy, berhati – hatilah dengan monyet. Karena di Penang Hill ini banyak sekali monyet. Ada turis yang turun dari mobil untuk berfoto – foto dan meninggalkan tas nya di dalam mobil. Ketika dia asyik berfoto si monyet mengambil tas nya dan mengacak – acak isinya. Bahkan ada beberapa barang yang dibawa lari.

mobil buddy yang bisa disewa
banyak monyeeettt...

  
Turun ke bawah, saya makan di sebuah food court. Saya memesan laksa dan es cendol. Sebenarnya cendol yang terkenal adalah cendol dari Melaka, terutama cendol durian. Tapi karena di Melaka saya tidak sempat mampir dan memang bukan penggemar durian, saya skip deh makan cendol di Melaka.

laksa

cendol

Foodcourt ini terletak di sebuah bangunan dimana lantai dasarnya adalah Owl Museum. Saya nggak masuk ke dalam Owl Museum karena berbayar.  Di atas bangunan gedung ada spot buat meletakkan gembok cinta. Pemandangan dari atas cukup bagus


gembok cinta


Setelah makan saya berjalan di sekitar area Penang Hill. Di sini ada beberapa spot menarik.

kuil Hindu di Penang Hill



masjid di Penang Hill



pemandangan dari atas Penang Hill
 
Setelah puas berkeliling saya melanjutkan perjalanan saya ke Kek Lo Si Temple yang lokasinya tidak jauh dari Bukit Bendera. Read the story in my next post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar