Sebelum membaca
tulisan saya tentang Penang, buat kamu yang belum membaca tentang bagaimana
cara saya menuju Penang, silahkan lihat tulisan saya di sini.
Saya dan teman
seperjalanan saya sampai di Butterworth sekitar pukul 5 pagi. Kami menunggu
waktu subuh dulu di stasiun. Dari sana kami langsung menuju pelabuhan dengan
berjalan kaki. Tidak jauh kok, karena stasiun Butterworth ini memang
terintegrasi dengan pelabuhan Butterworth. Dari sana sedang terpakir kapal
ferry menuju pulau Pinang atau yang biasa kita sebut Penang. Setelah membeli
tiket, saya menuju kapal ferry tersebut. Walaupun hari masih pagi, kapal ferry
menuju pulau Pinang sudah cukup ramai.
Sesampainya di
pelabuhan pulau Pinang kami menuju terminal Weld Quay yang lagi – lagi sudah
terintegrasi dengan pelabuhan Pinang. Kagum saya dengan bagusnya manajemen
transportasi di negeri tetangga ini. Sangat memudahkan. Dari sana kami naik bus
rapid Penang ke arah lebuh Chulia di kota Georgetown (ibukota Pulau Pinang).
Ada beberapa bus yang melewati lebuh chulia, pilih saja salah satu. Saya
sendiri lupa bus nomor berapa yang saya naiki. Saya bertanya kepada petugas di
terminal dan dia menunjuk bus yang paling depan. Langsung deh saya naiki.
Seperti ketika
di Melaka, kami juga harus membayar dengan uang pas kalau ingin naik bus ini,
karena mereka tidak menyediakan uang kembalian. Ketika naik bus, kami ditanya
mau menuju ke mana. Lalu sang supir akan menyebutkan tarifnya. Tarif bus
berbeda tergantung jauhnya tujuan, mulai dari RM 2 sampai RM 4.
Selama di Georgetown
saya akan menginap di Chulia 322, sebuah hostel yang berada di atas 24mart di
lebuh chulia. Lebuh chulia ini merupakan jantungnya para backpaker di
Georgetown. Sepanjang lebuh chulia dan sekitarnya banyak sekali hostel – hostel
murah dengan kualitas jempolan. Namun layaknya jantung kehidupan kota lainnya,
lebuh chulia ini ramainya bukan main. Selain banyak hostel, di kawasan ini juga
banyak café dan bar. Positifnya, kawasan ini tidak pernah tidur. Negatifnya,
kawasan ini berisik bukan main. Lokasi hostel saya tepat di sebelah Reggae
café, yang ketika malam ada pertunjukan musik life yang terdengar sampai ke
hostel saya dan pada awalnya agak mengganggu tidur saya.
penginapan 322 Chulia berada di atas 24 mart |
From Kuala Lumpur, I took the train named
Senandung Langkawi heading to Hatyai, Thailand but I get off from the train at
Butterworth station. From Butterworth train station I walk into Butterworth
port to take a ferry to Pinang island. Arrived at Pinang island (Georgetown), I
walk into Weld Quay bus station and took bus to Lebuh Chulia. There are a lot
of bus with various number that go to Lebuh Chulia because Lebuh Chulia is the
heart of Georgetown.
In Georgetown, I stayed at a hostel named
Chulia 322. Because Lebuh Chulia is the heart of georgetown, the environment is
so crowded. Along Lebuh Chulia there are a lot of hostel, minimart, and café
with live music.
Walaupun sedang
berada di Malaysia, menginap di Georgetown, terutama di kawasan lebuh chulia
ini membuat saya kesulitan mendapatkan makanan halal. Kebanyakan pedagang yang
menjual makanan adalah dari etnis cina, yang mana mereka menggunakan babi. Saya
sudah bertanya ke beberapa penjual, dan mereka mengatakan bahwa makanan mereka
tidak halal. Kalau mau makanan halal, lagi –lagi ujung – ujungnya ke makanan
India atau makanan Arab. Sigh!
Kota ini
membuat saya betah bukan main. Suasananya sangat santai dan cocok untuk
liburan. Di hostel, saya berkenalan dengan turis Jerman yang bahkan belum tahu
kapan dia akan meninggalkan kota ini. I
wish I could have that kind of vacation, unscheduled trip. Tapi sayangnya,
saya memiliki jenis liburan yang berbeda. Dengan keterbatasan waktu dan biaya,
liburan saya penuh dengan jadwal. Padat dan cepat. Jadi apa saja yang saya
lakukan di kota Penang?
Jadwal pertama
saya adalah mengunjungi Penang Hill atau disebut juga Bukit Bendera (yayaya..
saya pun berfikir demikian. Kenapa nama dalam bahasa melayu dan bahasa
inggrisnya beda banget ya?). Penang hill ini sangat gencar dipromosikan oleh
pemerintah setempat akhir – akhir ini. Padahal sih ya hanya sebuah hill atau
bukit yang merupakan titik tertinggi pulau Penang dengan pemandangan yang cukup
indah. Wajib hukumnya untuk mencoba naik Penang Hill Railway kalau kamu sudah
sampai di Bukit Bendera ini.
Dari lebuh
Chulia saya naik rapid Penang ke weld quay (bisa jalan, karena cukup dekat
sebenarnya) lalu naik rapid Penang nomor 204 sampai ke Penang Hill.
Perjalanannya cukup lama, yaitu sekitar 1 jam. Tapi karena Bukit Bendera ini
merupaka tujuan akhir dari rapid Penang nomor 204 ini, jadi saya memutuskan
untuk tidur karena saya ngantuk sekali. Toh tidak perlu takut kesasar, karena
saya turun di tujuan akhir. Ohya, di Penang ini, tempat menaikkan dan menurunkan
penumpang hanya di bus stop yang tersebar di beberapa titik. Jadi nggak seperti
di Indonesia yang kita bisa bilang ‘kiri bang’ di mana – mana ya. Dan supir
rapid Penang memang hanya mau menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang
disediakan. Yang satu ini harus dicontoh oleh masyarakat Indonesia.
Sesampainya di
bukit bendera, saya langsung membeli tiket masuk seharga RM 30 untuk pergi –
pulang. Kalo mau beli tiket sekali jalan, harganya lebih mahal. Jadi saya
memilih langsung membeli tiket pergi – pulang. Harga tersebut adalah untuk
harga turis asing. Sedangkan untuk warga lokal harganya jauuhh lebih murah,
yaitu RM8.
In the first day of my trip to Pinang, I
go to Penang Hill. From Lebuh Chulia I took the bus to Weld Quay and then
contiunue with the bus number 204 to Penang Hill or Bukit Bendera (around an
hour). After I arrived at Penang hill, I buy Penang railway ticket cost RM30
for international tourist.
Setelah membeli
tiket saya langsung masuk dan ikut antrian untuk menaiki Penang Railway. Ya
ampuunn.. antrinya lamaaaa banget. Lebih dari 30 menit.
Seperti itulah
wujud dari penang railway. Kereta otomatis tanpa masinis. Relnya cukup curam,
kalau yang takut ketinggian mending jangan dipaksakan deh.
Setelah sekitar
10 menit, sampailah saya di Penang hill. Ada apa disana? Ya sebuah bukit dengan
pemandangan yang memang cukup bagus. Suasananya segar dan dingin. Sejuk sekali.
Kalau ingin
naik sampai sampai ke puncak bukit, jalannya lumayan jauh dan menanjak. Tapi
ada juga mobil buggy yang bisa disewa. Kalau kamu menyewa mobil buggy kamu
tinggal duduk manis dan pengemudi mobil akan mengantar kamu berjalan jalan
keliling bukit. Saya kurang tau tarifnya, karena saya tidak menyewa mobil
buggy. Awalnya saya mencoba jalan kaki sampai ke bukit, tapi karena ternyata
jauh sekali, akhirnya saya turun lagi. Tidak jadi naik sampai ke atas bukit.
Pesan saya buat kamu yang ingin naik ke atas bukit baik dengan berjalan kaki
atau pun dengan naik mobil buggy, berhati – hatilah dengan monyet. Karena di
Penang Hill ini banyak sekali monyet. Ada turis yang turun dari mobil untuk
berfoto – foto dan meninggalkan tas nya di dalam mobil. Ketika dia asyik
berfoto si monyet mengambil tas nya dan mengacak – acak isinya. Bahkan ada
beberapa barang yang dibawa lari.
mobil buddy yang bisa disewa |
banyak monyeeettt... |
Turun ke bawah,
saya makan di sebuah food court. Saya memesan laksa dan es cendol. Sebenarnya
cendol yang terkenal adalah cendol dari Melaka, terutama cendol durian. Tapi
karena di Melaka saya tidak sempat mampir dan memang bukan penggemar durian,
saya skip deh makan cendol di Melaka.
laksa |
cendol |
Foodcourt ini terletak di sebuah bangunan dimana lantai dasarnya adalah Owl Museum. Saya nggak masuk ke dalam Owl Museum karena berbayar. Di atas bangunan gedung ada spot buat meletakkan gembok cinta. Pemandangan dari atas cukup bagus
gembok cinta |
Setelah makan
saya berjalan di sekitar area Penang Hill. Di sini ada beberapa spot menarik.
kuil Hindu di Penang Hill |
masjid di Penang Hill |
pemandangan dari atas Penang Hill |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar